Rama Tambak
Rama Wijaya merasa sedih, bingung, dan
tidak tahu harus berbuat apa karena memikirkan kegagalan Anoman membawa Dewi
Sinta kembali ke Pancawati. Kemudian datanglah Semar yang menasihatinya agar bisa
menata dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum bisa memimpin sebuah Negara.
Di Negara Ngalengka, Prabu Dasamuka
berdiskusi dengan adik-adiknya dan ara senopatinya. Mereka membahas berhasilnya
Dasamuka dalam membangun Negara Ngalengka. Namun, kedua adiknya, yaitu gunawan
Wibisana dan Kumbakarna menentang pernyataan Dasamuka. Mereka menganggap bahwa
Prabu Dasamuka belum bisa membangun negaranya dan juga berbuat salah karena
telah menculik Dewi Sinta. Prabu Dasamuka marah dan akhirnya mengusir kedua
adiknya. Namun oleh Patih Prahastha dan Sarpakenaka diingatkan bahwa
perbuatannya itu salah. Seorang ratu yang hebat sekalipun tidak akan bisa berdiri
sendiri tanpa bantuan orang lain. Akhirnya, Dasamuka menyuruh Indrajit untuk
mencari pamannya.; akan tetapi Gunawan Wibisana tetap bersikukuh tidak mau
kembali karena jika dia kembali maka akan mendukung kejahatan kakaknya. Gunawan
Wibisana akhirnya memutuskan untuk pergi ke Pancawati untuk membantu Prabu
Ramawijaya.
Sementara itu di Pancawati, Prabu Rama
sedang berembug dengan Narpati Sugriwa, Laksmana, Anoman, Anggada, Anila dan
para punggawa yang lain. Prabu Rama merencanakan pembuatan tanggul di Samudera
Hindia, dari Pancawati sampai tanah Alengka, untuk membawa pasukan
Pancawati sebanyak-banyaknya.
Tidak lama kemudian Prabu Rama
kedatangan tamu dari Alengka, yaitu Wibisana. Kedatangan Wibisana dicurigai
oleh Sugriwa sebagai mata-mata Ngalengka, tetapi Anoman segera meyakinkan
Sugriwa bahwa Wibisana adalah orang baik. Sugriwa tetap saja tidak percaya
kepada Wibisana dan akhirnya dengan kebijakan Prabu Rama, Wibisana diizinkan
untuk membantu membuat tambak.
Sebagai tanda baktinya kepada Prabu
Rama, Wibisana membantu pembuatan jembatan dari Pantai Pancawati sampai ke
negeri Alengka.Dalam waktu sekejab Wibisana menciptakan jembatan yang kokoh dan
kuat. Anoman kemudian mencoba jembatan yang baru diciptakan Wibisana.
Belum beberapa lama jembatan itu dicoba
oleh Anoman dengan aji mondri, jembatan itu ambrol dan hancur.Jembatan ciptaan
Wibisana menjadi runtuh. Disaat seperti ini Wibisana bagai teruji
kesetiaannya pada Prabu Rama. Sugriwa meminta agar Wibisana diusir saja dari
Pancawati, karena bisa saja niat Wibisana mau menghancurkan Pancawati dari
dalam. Akan tetapi Prabu Rama menyatakan bahwa ia tetap percaya pada Wibisana. Prabu
Rama percaya pada Wibisana, karena Wibisana pasti mengetahui seluk beluk
pertahanan Alengka diraja.
Persoalan selalu runtuhnya bendungan
tersebut oleh Prabu Rama diserahkan pada Wibisana. Menurut perkiraan
Wibisana, keruntuhan-keruntuhan yang terjadi pada jembatan tersebut,
akibat ulah pasukan Prabu Dasamuka. Ternyata benar yang membuat ulah adalah
orang suruhan Prabu Dasamuka yang bernama Janggisrana. Dia menyusup diantara
wanara agar tidak diketahui. Semar yang akhirnya mengetahuinya menyerahkannya
kehadapan Prabu Rama. Janggisrana mengaku bahwa dia disuruh Dasamuka, jika
tidak mau melakukanya akan dibunuh. Dengan kebijkasaan Prabu Rama, Janggisrana
dibebaskan dan diberi makanan serta uang.
Akan tetapi kerusuhan tidak hanya
berhenti sampai disini. Ada perusak lain yang dikirim oleh Dasamuka, yaitu Yuyu
Rumpung, dan Bajul Sengara. Mereka masuk kedalam samudra untuk menghancurkan tambak,
tetapi para wanara segera mengetahuinya dan terjadilah peperangan. Akhirnya
Yuyu Rumpung dan Bajul Sengara mati.
Sesudah tidak ada lagi gangguan dari
pasukan Alengka, Pasukan Pancawati dan Wibisana, melanjutkan pembuatan
tambak, dengan bahu membahu dalam membuat jembatan ke Alengka, maka jadilah
tanggul itu dan akhirnya pasukan kera yang jumlahnya ribuan itu bisa
diberangkatkan ke Alengka Diraja.
0 comments:
Post a Comment