Tuesday 13 February 2018

Rama Tambak - Prabu Rama Berkelana

Posted by ilmu dasar kehidupan On 01:06 | No comments
Rama Tambak


Rama Wijaya merasa sedih, bingung, dan tidak tahu harus berbuat apa karena memikirkan kegagalan Anoman membawa Dewi Sinta kembali ke Pancawati. Kemudian datanglah Semar yang menasihatinya agar bisa menata dirinya sendiri terlebih dahulu sebelum bisa memimpin sebuah Negara. 

Di Negara Ngalengka, Prabu Dasamuka berdiskusi dengan adik-adiknya dan ara senopatinya. Mereka membahas berhasilnya Dasamuka dalam membangun Negara Ngalengka. Namun, kedua adiknya, yaitu gunawan Wibisana dan Kumbakarna menentang pernyataan Dasamuka. Mereka menganggap bahwa Prabu Dasamuka belum bisa membangun negaranya dan juga berbuat salah karena telah menculik Dewi Sinta. Prabu Dasamuka marah dan akhirnya mengusir kedua adiknya. Namun oleh Patih Prahastha dan Sarpakenaka diingatkan bahwa perbuatannya itu salah. Seorang ratu yang hebat sekalipun tidak akan bisa berdiri sendiri tanpa bantuan orang lain. Akhirnya, Dasamuka menyuruh Indrajit untuk mencari pamannya.; akan tetapi Gunawan Wibisana tetap bersikukuh tidak mau kembali karena jika dia kembali maka akan mendukung kejahatan kakaknya. Gunawan Wibisana akhirnya memutuskan untuk pergi ke Pancawati untuk membantu Prabu Ramawijaya.
Sementara itu di Pancawati, Prabu Rama sedang berembug dengan Narpati Sugriwa, Laksmana, Anoman, Anggada, Anila dan para punggawa yang lain. Prabu Rama merencanakan pembuatan tanggul di Samudera Hindia, dari Pancawati  sampai tanah Alengka, untuk membawa pasukan Pancawati sebanyak-banyaknya.
Tidak lama kemudian Prabu Rama kedatangan tamu dari Alengka, yaitu Wibisana. Kedatangan Wibisana dicurigai oleh Sugriwa sebagai mata-mata Ngalengka, tetapi Anoman segera meyakinkan Sugriwa bahwa Wibisana adalah orang baik. Sugriwa tetap saja tidak percaya kepada Wibisana dan akhirnya dengan kebijakan Prabu Rama, Wibisana diizinkan untuk membantu membuat tambak.
Sebagai tanda baktinya kepada Prabu Rama, Wibisana membantu pembuatan jembatan dari Pantai Pancawati sampai ke negeri Alengka.Dalam waktu sekejab Wibisana menciptakan jembatan yang kokoh dan kuat. Anoman kemudian mencoba jembatan yang baru diciptakan Wibisana.
Belum beberapa lama jembatan itu dicoba oleh Anoman dengan aji mondri, jembatan itu ambrol dan hancur.Jembatan ciptaan Wibisana menjadi runtuh.  Disaat seperti ini Wibisana bagai teruji kesetiaannya pada Prabu Rama. Sugriwa meminta agar Wibisana diusir saja dari Pancawati, karena bisa saja niat Wibisana mau menghancurkan Pancawati dari dalam. Akan tetapi Prabu Rama menyatakan bahwa ia tetap percaya pada Wibisana. Prabu Rama percaya pada Wibisana, karena Wibisana pasti mengetahui seluk beluk pertahanan Alengka diraja.
Persoalan selalu runtuhnya bendungan tersebut oleh Prabu Rama diserahkan pada Wibisana. Menurut perkiraan  Wibisana, keruntuhan-keruntuhan yang terjadi pada jembatan tersebut, akibat ulah pasukan Prabu Dasamuka. Ternyata benar yang membuat ulah adalah orang suruhan Prabu Dasamuka yang bernama Janggisrana. Dia menyusup diantara wanara agar tidak diketahui. Semar yang akhirnya mengetahuinya menyerahkannya kehadapan Prabu Rama. Janggisrana mengaku bahwa dia disuruh Dasamuka, jika tidak mau melakukanya akan dibunuh. Dengan kebijkasaan Prabu Rama, Janggisrana dibebaskan dan diberi makanan serta uang.
Akan tetapi kerusuhan tidak hanya berhenti sampai disini. Ada perusak lain yang dikirim oleh Dasamuka, yaitu Yuyu Rumpung, dan Bajul Sengara. Mereka masuk kedalam samudra untuk menghancurkan tambak, tetapi para wanara segera mengetahuinya dan terjadilah peperangan. Akhirnya Yuyu Rumpung dan Bajul Sengara mati.

Sesudah tidak ada lagi gangguan dari pasukan Alengka,  Pasukan Pancawati dan Wibisana, melanjutkan pembuatan tambak, dengan bahu membahu dalam membuat jembatan ke Alengka, maka jadilah tanggul itu dan akhirnya pasukan  kera yang jumlahnya ribuan itu bisa diberangkatkan ke Alengka Diraja. 

0 comments:

Total Pageviews

anti block

G.ads