Tuesday 29 March 2016

Kata Petunjuk Hubungan

Posted by ilmu dasar kehidupan On 04:56 | No comments
              Dulur sedikit pengetahuan yang mungkin dibutuhkan. Mungkin para dulur sudah mengetahui kata tersebut. kata itu adalah kata petunjuk.

            Kata petunjuk, terbagi menjadi 2 yang pertama kata petunjuk hubungan setara yang juga dibagi menjadi empat yaitu, Hubungan penjumlahan, perlawanan, pemilih, dan menyangatkan. kata petunjuk hubungan yang kedua ialah kata petunjuk hubungan tak setara, ang juga terbagi menjadi beberapa macam yaitu hubungan sebab, akibat, waktu, maksud , syarat, perbandingang, objektif.
berikut macam-macam kata petuntuk hubungan beserta contoh menggunkan bahasa Jawa.

Kata petunjuk hubugan setara
a.              Hub. Penjumlahan
1.       Aku lan kancaku mangan tahu ning warung
2.       Adit karo Udin dipuntimbali dening P. Sentot
b.              Hub. Perlawanan
1.       Kula sampun ngupadi parandene dereng kepanggih
2.       Sulung  pancen bocah sing sregep nanging Pani bocah sing males
c.               Hub. Pemilih
1.       Didit uga nresnani ibune
2.       Kowe milih Dandi utawa Rendi ?
d.              Hub. Menyangatkan
1.       Rio ngejak aku nyang kantin, karo dene aku pengin ngombe kopi
2.       Popi budhal nyang Solo, karo maneh arep budhal nyang Jogja
Kata petunjuk hubungan tak setara
a.              Hub. Sebab
1.       Jani ora mlebu sekolah  jalaran lara
2.       P.Sudi nduweni lara jantung, awit ditinggal seda garwane
b.              Hub. Akibat
1.       Aku wingi lara mulane ora isa melu rapat
2.       Pramila saking menika, kula boten saged ndugi
c.               Hub. waktu
1.       Nalika aku ngopi ning Gondang, aku ketemu Rani
2.       Dhek wingi  Lili mancing iwak karo Siti
d.              Hub. maksud
1.       Saben dina Rudi sinau, supaya dadi bocah sing pinter
2.       Amrih luwih cepet, pakaryan iki digarap bareng-bareng
e.              Hub. syarat
1.       Yen nyupir  aneng dalan aja dulinan hape
2.       Bilih wonten kalepatan, kula ngaturaken agunging pangapunten  
f.               Hub. perbandingan
1.       P.Boni pancen gagah kaya dene Gatotkaca
2.       Cicin dicukur gundul kaya tuyul 
g.              Hub. objektif
1.       Menawa aku sing budhal piye?
2.       Menawi  tahune taksih wonten, kula badhe mundhut tigang tahu

Sastra Kidung

Posted by ilmu dasar kehidupan On 04:45 | No comments
            Halo dulur. update-an kali ini mengenai buku karya P.J. Zoetmulder. Kalangwan Selayang Pandang. yang saya tulis bukan tentang bukunya tetapi ringkasan dari satu bab akhir di Bab enam belas. Sastra Kidung. Perlu diketahui sastra kidung sendiri muncul di Jawa pertengahan. Ringkasan-ringkasan mengenai bab enam belas tercantum dibawah



Sastra Kidung

Kali ini penulis akan menbahas karya-karya sastra yang ditulis dengan bahasa jawa pertengahan. Dapat diutarakan bahwa saat untuk menulis sebuh peelitian Komprehensif mengenai sastra kidung. Tiga koleksi terbesar yang menyimpan koleksi besar yaitu di Singaraja, Jakarta, dan Leiden. Naskah – naskah yang diduga lahir di Bali sepertiKidung Harsawijaya, Rangga Lawe, dan Kidung Sunda. Tiga dari epuluh pupuh yang merupakan Kidung Sorandaka pernah disunting oleh E.j na van dan Berg (1938) dengan catatan yang lengkap. Disusul oleh Robson menerbitkan telaahnya mengenai Wangbang Wideya, Kidung Panji. Pernah juga seorang dokter mengerjakan tesis dengan cerita Sudamala dan Sri Tanjung.
Bila dipandang dari sudut sastra, maka kidung-kidung pada umumnya dengan jelas memperlihatkan kekurangannya. Para pengarang condong mengulangi hal yang sama tanpa suatu alas an. Tetapi tidak berarti bahwa kidung-kidung sama sekali tidak mengandung nilai sastra. Sering kali penyair memperlihatkan kepandaiannya dalam menceritakan kisah yang hidup.

KIDUNG –KIDUNG HISTORIS

                Kidung-kidung yang tertuulis kali ini memiliki kesamaan ciri umum, yaiktu bahannya diambil dari tradisi historis mengenai kerajaan Majapahit yang melingkupnya peristiwa terjadinya jatuhnya kerajaan Singasari serta didirikannya erajaan baru, didalamnya terdapat pertikaian – pertikaian selama puluhan tahun hingga mengenai rencana pernikahan antara Hayam Wuruk dengan puteri raja Sunda yang gagal.
Kisah tentang didirikannya Majapahit oleh Raden Wijaya yang menjadi raja pertama memakai nama Krtarajasa merpakan Kidung Harsawijaya.

IKHTISAR KIDUNG HARSAWIJAYA

                Raja Narashinga adalah raja Singasari, raja tersebut dianugrahi putra yang diberi nama Harsawijaya . Ketika  ia dewasa, dirinya menjadi sosok yang pantas disebut pageran, tampan, cerdas, gagah, berani, serta menguasai segala bidang seni. Belum lama sang raja sakit dan meninggal, tahta diberian sementara kepada Krtanegara. Sang raja juga menitipkan Harsawijaya kepada saudaranya tersebut, ketika nanti Harsawijaya dewasa nanti pemerintahahan akan diberikan kepada Harsawijaya. Keadaan kerajaan semakin mundur. Ketika raja semakin menua, dia memberikan putrinya kepada Harsawangsa. Tidak diduga Kediri (Daha) melakukan pemberontakan kepada Singasari. Sehingga pemerintahan berada di tangan  Raja Jayakatwang. Harsawangsa pergi dari kerajaan dan menetap di pemukiman baru bersama orang Madura dan menamakan daerah tersebut dengan nama Majapahit karena dipinggiran terdapat banyak pohon maja yang buahnya rasanya pahit.
Setelah beberapa lama hubungan Majapahit dengan Daha terjalin baik. Tetapi Harsawijaya memiliki keinginan untuk menggempur kerajaan Daha. Dengan bantuan kerajaan Tartar, harsawijaya dapat merebut pemerintahan Daha.
Setelah kemenangan tersebut. Raja Tartar menagih janji Harsangwa, tetapi tidak disetujui oleh Harsawangsa, sehingga menimbulkan peperangan. Raja Tartar terbunu dalam perang tersebut. Harsawangsa diangkat menjadi raja dan bergelar Krtrajasa. Di bawah pemerintahan raja Kertarajasa kekuasaan semakin luas.

RANGGA LAWE

Terdapat dua bagaian didalam kidung ini bagian pertama menceritakan tentang  kisah kesetiaan Lawe. Banyak tindakan Lawe yang dilakukan untuk Majapahit, seperti Lawe menyarankan perang terbuka melawan Tartar.
Bagian kedua kidung ini menceritakan tentang pemberontakan yang dilakukan Lawe tehadapa kerajaan Majapahit.
Seusai peperangan melawan perang, sahabat-sahabat Raden Wijaya diberikan pangkat, seperti Nambi menjadi Patih, dan Lawe diangkat menjadi Adipati Tuban. Kebijakan ini membuat hati Lawe menjadi marah. Karena menurut Lawe sendiri, dirinya dan Soralah yang melakukan tindakan lebih eras dibandingkan dengan Nambi.
Ketika diadakan pertemuan kerabat kerajaan, Lawe dating dengan terlambat. Disitu kemarahan Lawe memuncak. Dia menantang Nambi untuk beradu kekuatan. Pperangan terjadi sangat sengit antara Nambi dengan Lawe, tetapi kekuatan Lawe tidak dapat dikalahkan, sehingga  Nambi melarikan diri dan memberitahu masalah ini kepada Krtarajasa. Kemarahan sang raja memuncak sehingga menginginkan kematian Lawe. Pertempuran kembali lagi, hamper saja Majapahit mengalami kekalahan, teteapi ketika pertempuran berlanjut di air antara Lawe dengan Kebo Anabrang. Lawe gugur dalam peperangan. Sora yang mengetahui ssahabatnya gugur tidak menerima kenyataan, sehingga Sora membunuh  Kebo Anabrang.

SORANDAKA
               
Menceritakan tentang masalah-masalah yang muncul dalam kerajaanyang disebabkan oleh Mahapati. Mahapati berkeinginan menjadi patih amengkumi. Segala macam cara dilakukannya. Dengan menjauhkan sahabat-sahabat raja yang setia dan memfitnahnya. Pertama Mahapati memberitahukan kesalahan Sora yang telah membunuh Kebo Anabrang, sehingga menyebutnya sebagai pemberontakan. Bukan hanya itu Mahapati pergi ke kebo Taruna anak Kebo Anabrang untuk  menjelek-jelekan nama Sora. Setelah itu juga dia pergi ke tempat Sora bersikap sebagai sahabat. Disuruhnya Sora untuk pergi ke Kerajaan, karena pada waktu itu Raja sedang berduka.
Ketika Sora hendak pergi ke Kerajaan untuk  menerima kebijakan raja. Dia diiringi oleh pengikut-pengikut setianya. Sesampainya dikerajaan, Sora beserta pengikutnya dianggap sebagai pemberontak. Disaat itu gugurlah sang Sora.
Mahapati bersuka cita atas kejadian tersebut, diteruskan tindakannya menyingkirkan Nambi. Rencana Mahapati berjalan dengan mulus Nambi sebagai patih sudah gugur karena rencana liciknya. Suatu ketika Mahapti dipanggil oleh sang raja, bukan pangkat patih yang diberikan tetapi hukuman mati.

KIDUNG SUNDA

                Banyak menceritakan tentang tokoh kepatiha yaitu patih tersohor Gajah Mada. Dalam kidung membahas pernikahan raja Hayam Wuruk dengan putri Sunda. Raja Sunda sangat senang akan mendapat menantu raja Majapahit. ketika semua kerabat dari Majapahit hendak bertamu ke Sunda, Gajah Mada menyarankan kepada Raja Hayam Wuruk untuk tetap tinggal di Majapahit, ditakutkan raja Sunda berbohong sebagai sahabat kerajaan, karena Hayam Wuruk masih muda ia menuruti keinginan Gajah Mada.
Setelah bertemu dengan kerabat Sunda. Ketidakhadiran Hayam Wuruk menjadikan raja Sunda Kesal terjadilah percekcokan antara kedua kerabat, hingga terjadilah peperangan yang memusnakan seluruh kerabat kerajaan Sunda. Permaisuri dan putri yang mengetahui berita itu langsung menikam dirinya menyusul arwah raja Sunda. Hayam Wuruk juga meyesal akan kejadian itu. Tidak lama kemudian Hayam Wuruk mangkat. Seluruh kerabat menyalahkan Gajah Mada. Hingga akhirnya prajurit majapahit dating ke kepatihan dan merobohkan tembok-temboknya.
Gajah Mada sudah mengetahui hal itu, dia berfikir sudah saatnya lah dirinya untuk moksa.

CERITA PANJI

Empat kerajaandipimpin oleh empat bersaudara yaitu Kahuripan, Daha, Gegelang dan Singasari. Pernikahan antara putera mahkota Kahuripan dengan puteri Daha merupakan poko cerita dari semua cerita panji. Mengisahkan tentang putra-puti raja yang sudah bertunangan, tetapi kejadian yang tidak diinginkan terjadi, sang putri menghilang dan putra mahkota meninggalan kerajaan untuk mencarinya

IKHTISAR WASENG (SARI)

Menceritakan raja Magadha yang cemburu dan berniat jahat untuk membunuh raden ino yang akan bertunangan dengan Raden Galuh, puteri Daha. Namun Usahanya sia-sia. Kemudian Daha diserang oleh raja Magadha, tetapi raja Magadha di bunuh oleh raden Ino (Pangeran Wira/ panji). Dalam kidung juga menceritakan petualangan sang Panji mencari tunangan yang hilang. Akhir cerita mereka berdua hidup bersama dan berbahagia

SASTRA, BUKAN SASTRA ?

Dari berbagai sudutt kidung, sudamala dan Sri Tanjung berbeda sekali dengan Kidung-kidung yang dibicarakan di atas. Kedua kisah ini lebh menampilkan sifat kerakyatan. Tak ada latar belakang keratin. Penuturan lisan rupanya memainkan peranan besar dalam sejarah terjadinya teks-teks seperti dapat kita simpulkan dari keanekaan teks-teks tersebut mengenai isi dan ejaannya. Tempat asal-usul prototipe jenis ini hendaklah ita cari di Banyuwangi yang pada abad ke-17 dan bahkan sampai abad ke-10 merupakan bagian dari Blmabangan, kerajaan Jawa-hindu terakhir di ujung timur pulau Jawa.
Adapun cerita Sudamala sebagai berikut: Dewi Uma dikutuk Bhatara Guru menjadi buruk rupa dan hati berubah nama Ra nini, kejadian itu karena dirinya yang main serong. Ia harus menubus dosanya dan pada akhir tahun kedua belas Ra nini akan berwujud menjadi Bhatari lagi dengan bantuan Sadewa yang didalamnya ada Bhatara Guru. Bukan hanya DewI Uma yang dikutuk, penghuni surge lainnya seperti Citrasena dan citranggada juga dikutuk menjadi Kalantaka dan Kalanjaya, mereka berdua membantu Korawa untuk membunuh Pandhawa. Kunthi merasa gelisah atas serangan musuh-musuh Pandhawa, sehingga Kunthi meminta bantuan kepada Ra nini, dengan imbalan menyerahkan sadewa. Dewi kunthi akhirnya drasuki roh jahat, sehingga membawa Sadewa ke Pakuburan Gandamayu. Disana Ra nini berubah wujud menjadi sosok yang menggemparkan dan meminta Sadewa untuk mengusir roh jajhat yang ada didalamnya. Dengan bantuan Dewa Guru yang merasuki Sadewa, roh jahat dapat terusir. Ra nini menjadi cantik kembali dan memberi nama Sadewa’ Sudamala.                 Kisah ini digunakan untuk lakon ruwat tetapi dalam bentu kidung.
Sri Tanjung merupakan lanjutan dari Sudamala, yaitu Putra Nakula, Sidapaksa yang menikah dengan Sri Tanjung putra Sadewa. Dibawalah ke Sri Tanjung ke istana. Disana raja sidapaksa terpikat kecantikan Sri Tanjung. Dia merencakan agar sidapeksa keluar dari kerajaan. Ketika Sidapaksa telah melakukan apa yang diperintahka  oleh sang raja dan pulang ke kerajaan. Raja memfitnah Sri Tanjung telah bermain serong.
Tanpa basa-basi Sidapaksa menyeret Sri Tanjung ke Pakuburan Gandamayu, disitu kemarahan Sidapaksa meluap higga ankhirnya Sri Tanjung dibunuh. Kejadian tersebut menggemparkan Pakuburan Gandamayu, keadaan berubah menjadi bau yang harum, keharuman tersebut menginsyafkan Sidapaksa.

Teori Strukturalisme Genetik

Posted by ilmu dasar kehidupan On 04:38 | No comments




            Strukturalime genetic dikembbangkan atas dasar penoakan terhadap analisis strukturalisme murni, analisis terhadap unsur intrinsik. Juga menolak peranan bahasa sastra sebagai bahasa yang khas. Stukturalisme genetik melangkah ke struktur sosial.
Strukturalisme genetic dtemukan oleh Lucien Goldmann, seorang filsuf dan sosiolog dari Prancis. Teori tersebut dikemukakan di bukunya yang berjudul The Hidden God: a Study of Tragic Vision in the Penses of Pascal and the Tragedies of Racine, dalam bahasa Perancis tahun 1956. Goldmann tidak secara langsung menghubungkan karya dengan struktur sosial, melainkan mengaitkan terlebih dahulu dengan kelas sosial. Goldmann masih mempertahankan relevensi strutur. Goldmann menggunaan metode dialektika.
            Sebagai strukturalis, Goldmann sampai pada kesimpulan bahwa struktur mesti disempurnakan menjadi struktur bermakna, dimana setiap gejala memiliki arti apabila dikaitkan sruktur yang lebih luas, demiian seterusnya sehingga setiap unsur menopang totalitasnya.
            Secara definitive strukturalisme genetik adalah analisis struktur dengan memberikan perhatian terhadap asal – usul karya. Secara ringkas berarti bahwa strukturalisme genetik sekaligus memberikan perhatian terhadap analisis intrinsic dan ekstrinsik. Meskipun demikian, sebagai teori ang telah teruji validitasnya, strukturalisme genetik masih ditopang oleh beberapa konsep canggih yang tidak dimiliki oleh teori sosial lainnya, missal: simetri atau homologi, elas-kelas sosial, subjek transindividual, dan pandangan dunia.
            Dalam strukturalisme genetik homologi disamakan dengan korespondensi, kualitas hubungan yang bersifat struktural. Homologi memiliki implikasi dengan hubungan bermakna antara struktur literer dengan struktur sosial. Dalam penelitian yang seksama kualitas ditentukan oleh karya itu sendiri, bukan struktur sosial.
            Kelas sosial tidak perluu didefinisikan ke dalam pertentangan dan ekploitasi. Dalam hunbungan ini kelas-kelas sosial adalah kolektivitas yang menciptakan gaya hidup tertentu, dengan struktur yang ketat dan koheren. Pada dasarnya menurut visi struktualisme genetik, kelas yang dimaksudkan identik dengan kelas pengarang.
            Secara sosiologis, seniman pun pada dasarnya ditentukan oleh kelas sosialnya. Pandangan Marxisme, Karya disebut wali kelas sebab karya sastra dimanfaatkann untuk menyampaikan aspirasi kelompoknya. Dikaitkan dengan seniman sebagai pencipta, latar belakang terbagi menjadi latar belakang karena afiliasi (keluarga, profesi, intelektual, religi, ekonomi, hokum, dll) dan latar belakang karena kelahiran.
            Menurut Goldmann, transindividual menampilkan pikiran-pikiran inidividu tetapi dengan struktur mental kelompok. Dalam  strukturalisme genetik subjek transindividual merupakan energy untuk membangun pandangan dunia.
            Pandangan dunia merupakan masalah pokok dalam strukturalisme genetik. Homologi, kelas sosial, struktur bermakna, dan transindividual diarahkan pada totalitas pemahaman yang dianggap sebagai kesilpulan suatu penelitian. Pandangan dunia yang memicu subjek untuk mengarang, identifikasi pandangan dunia juga yang dianggap sebagai salah satu ciri keberhasilan suatu karya. Dengan maksud lain, mengetahui pandangan dunia suatu kelompok tertentu berarti mengetahui kecenderungan suatu masyarakat, sistem ideologi yang mendasari perilaku sosial sehari-hari.
            Konsep-konsep yang mendasari pandangan dunia harus digali melalui dan didalam kesadaran kelompok yang bersangkutan dengan melibatkan indikator sistem kepercayaan, sejarah intelektual, dan sejarah kebudayaan secara keseluruhan.
Pemahaman terhadap karya sastra adalah usaha memahami perpaduan unsur intrinsik dan unsur ekstrinsik sehingga mampu membangun adanya keselarasan dan kesatuan dalam rangka membangun totalitas bentuk atau totalitas kemaknaan. Setiap karya sastra yang penting mempunyai struktur kemaknaan (Strukture Significative), karena menurut Goldmann, struktur kemaknaan itu merupakan struktur global yang bermakna dan mewakili pandangan dunia (vision du monde, world vision). Penulis tidak sebagai individu, tetapi mewakili golongan (kelas) masyarakat (Satoto, 1986:175).
Pada gilirannya pandangan dunia itulah yang menghubungkan karya sastra dengan kehidupan masyarakat. Latar belakang sejarah, zaman dan sosial masyarakat turut mengkondisikan terciptanya karya sastra baik dari segi isi atau segi bentuk dan strukturnya. Hal ini desebabkan oleh kenyataan bahwa pandangan dunia itu sendiri oleh Strukturalisme Genetik dipandang sebagai produk dari hubungan antara kelompok sosial yang memilikinya dengan situasi sosial dan ekonomi pada saat tertentu (Goldmann dalam Faruk, 1999a:13). Oleh karena itu, sastra pada dasarnya juga merupakan kegiatan kebudayaan atau peradaban dari setiap situasi, masa atau zaman saat sastra itu dihasilkan. Dengan situasi inilah, tidak dapat dipungkiri bahwa sastra adalah pemapar unsur-unsur sosiokultural demi memberi pemahaman nilai-nilai budaya dari setiap zaman atau perkembangan zaman itu sendiri. Goldmann berpandangan bahwa kegiatan kultural tidak bisa dipahami di luar totalitas kehidupan dalam masyarakat yang telah melahirkan kegiatan itu; seperti halnya kata tidak bisa dipahami di luar ujaran (Damono, 1979:43). Jadi, pada dasarnya sastra juga mengandung nilai-nilai historis, sosiologis, dan kultural.

            Secara metodologis, dalam strukturalisme geneti Goldmann menyarankan untuk menganalisis karya sastra yang besar, bahkan suprakarya. Pada dasarnya hampir semua teori memberikan indikasi karya besar seperti itu sebab semata-mata dalam karya besar memliki kehidupan yang problematis.  Menurut Goldmann hanya karya besar yang mampu untuk mengevokasi pandangan dunia. Dengan kalimat lain, koherensi suatu pandangan dunia tertentu hanya dapat dipahami dalam karya yang besar.
            Secara definisi strukturalisme genetik harus menjelaskan struktur dan asal-usul struktur itu sendiri, dengan memperhatikan relevansi konsep homologi, kelas sosial, subjek transindividual, dan  pandangan dunia. Dalam peelitian, langkah-langkah yang dilakukan diantaranya : meneliti unsur-unsur suatu karya, hubungan unsur-unsur karya dengan totalitas karya sastra, meneliti unsur-unsur masyarakat yang berfungsi sebagai genesis karya sastra, hubungan unsur-unsur masyarakat dengan totalitas masyarakat, hubungan karya sastra secara keseluruhan dengan masyarakat secara keseluruhan.

Ratna N.K.R. 2013. Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra. Pustaka Pelajar: Yogyakarta.

Total Pageviews

anti block

G.ads