Friday 15 July 2016

Working!! Sesion 3

Posted by ilmu dasar kehidupan On 20:52 | No comments
       Update lagi gan. Anime "Working!! sesion 3" akhirnya terselasaikan, meskipun sudah lama tapi kemunginan para vro masih belum mengetahui kelanjutan anime ini. Kali ini saya akan mengupload anime-anime tersebut. Film tebagi membagi menjadi empat belas film, yang paling seru tokoh baru dengan karakter yang unik juga muncul, ibu yamada dan juga ibu dari keluarga takanashi. Benih-benih cinta juga sudah tersebar dalam restoran keluarga tersebut. Takanashi sudah merasakan jatuh cinta terhadap seseorang yang beerja dengannya  di restoran itu. Siapakah yang dicintai Takanashi, langsung download aja gan.
Link ada di bawah!



Working!! Sesion 2

Posted by ilmu dasar kehidupan On 05:44 | No comments
         Halo saudagar,, hahha... saudara, vro, and sis, update lagi tentang anime. Kelanutan dari anime yang kemarin yaitu Working!! sesion 2. Sesion pertama telah menjelaskan berbagai macam karakter setiap tokoh dan kejadian-kejadian unik yang dialami disaat kerja direstoran. Di Sesion selanjutnya (2) terdapat penambhan tokoh baru seperti yamada cewek dan yamada cowok, keduanya adalah saudara yang sedang berada masalah. bagaimana kelnajutan anime working!! sesion 2, langsung aja liat dan download vroohh. link ada di bawah!




Link....








Terima Kasih Vro


Wednesday 13 July 2016

Folklor

Posted by ilmu dasar kehidupan On 03:43 | No comments
       Folklor, berasal dari kata folk dan lore. Folk yang berati sekolompok  orang yang memiliki ciri-ciri baik itu fisik dan perbuatan sedangkan lore yaitu tradisi dari folk. Setiap daerah mempunai folklor masing-masing sepertinya halnya Jawa Indonesia, folklor-folklor tersebut berbentuk tradisi, ciptaan, adat, dialeg, dan semua yang dibentuk oleh leluhur. Suatu contoh upacara dalam tradisi (ngaben, sura, temanten, dan lain sebagainya). 
        Perlu diketahui juga upacara terdapat dua macam, yang pertama upacara dilingkaran kehidupan manusia (dari belum lahir hingga meninggal), yang kedua diluar lingkaran hidup manusia. Folklor bentuk lain yaitu nyanyian, puisi, ciptaan, dan lain sebagainya. contoh dari ketia itu seperti lagu daerah (gundul pacul), cangkriman dan parikan, joglo dan lainnya.
        Folklor juga terbagi tiga macam, folklor verba, sebagian verba, dan non verba. 
        Berikut beberapa contoh folklor yang masih berkembang, terutama di daerah Mojokerto.



A.      Gambaran Masyarakat Tempat Tumbuhnya Folklor Jawa
       Mojokerto adalah suatuu daerah yang adi luhung dengan kalimat lain yaitu daerah yang masih memperhatikan budaya serta tradisi-tradisi yang dturunkan oleh leluhur. Banyak tradisi-tradisi dan kebudayaan di setiap kecamatan yang ada dalam kabaten Mojokerto terutama berada pada kecamatan Trowulan. Setiap tahun Trowulan selalu mengadakan pagelaran wayang dan kirab lebih tepatnya pada waktu malam-malang menjelang tanggal 10 Sura (bulan Jawa) dan bertempat di Pendapa Agung Trowulan. Bahkan setiap bulan malam Jumat Wage, di pendapa juga mengadakan macapatan yang diikuti oleh orang-orang sekitar Trowulan bahkan pesertanya ada yang dari luar Mojokerto. Memang kecamatan Trowulan salah satu kecamatan yang tampak dalam pelestarian budaya Mojokerto. Tapi, jangan disangka luar kecamatan Trowulan tidak melestarikan budaya dan tradisi yang ada. Kecamatan-kecamatan lain yang berada dalam kawasan Mojokerto juga tetap mempertahankan tradisi-tradisi yang berlaku, seperti halnya pada bulan ruwah. setiap kecamatan mengadakan ruwahan juga disebut bersih desa atau juga ruwat desa. Fungsi dari kegiatan itu untuk menghalau penyakit-penyakit atau halangan yang dating pada desa dan juga membersihkan desa dari perbuatan-perbuatan yang kurang baik dari orang-orang dalam desa.
       Tetapi pada pembahasan kali ini yang akan dijelaskan bagaimana gambaran masyarakat di kecamatan Gondang. Gondang salah satu kecamatan dalam kawasan Mojokerto. Bertempat di sebelah selatan dengan lingkungan yang asri karena disekitar kawasan Gondang adalah pegunungan dan perbukitan. Pendapatan masyarakat di daerah ini (Gondang) kebanyakan adalah petani, pedagang, dan pencari kayu di hutan. Tetapi lambat laun seiring berkembangnya jaman daerah Gondang tepatnya sebelah utara (Gondang Utara) banyak orang-orang yang bekerja sebagai pedagang dan PNS. Meskipun begit nenek moyang dari Gondang adalah petani sehingga dominan pekkerjaan mereka adalah petani.
       Jika dipandang budaya dan tradisi yang berlaku, Kecamatan Gondang juga termasuk daerah yang masih mempertahankan tradisi. Seperti yang dijelaskan diatas. Memasuki bulan Ruwah yaitu salahh satu bulan Jawa Gondang selalu turut mengadakan bersih desa atau sering disebut Ruwahan. Acara yang digelar dengan mengadakan tumpengan, pagelaran Murwakala di siang hari, keudian dilanjutkan campursari pada sore hari, ketika malam pagelaran wayang kulit semalam suntuk.
       Daerah Gondang memang lumayan agak luas disbanding kecamatan lainnya. Banyak yang bilang anak-anak dari Gondang adalah anak yang ramah, itu menandakan bahwa adat yang berlaku di Gondang adalah keramahan. Didikan orang tua tak luput dari sifat terpuji, kemungkinan daerah pegunungan masih mengutamakan sifat andhap asor teradap orang lain.

B.       Makna dan Fungsi Folklor Jawa yang Berhubungan dengan Kritik Sosial
       Ada beberapa folklore lisan yang berlaku di kawasan ini dengan maksud mengkritik orang-orang yang telah melakukan kesalah, seperti dibawah ini:
       “Gajah ngideg rapah”. Kalimat tersebut adalah ungkapan yang terkadang dikatakan orang-orang kepada orang atas. Maksud  Gajah Ngidag Rapah adalah orang yang membuat aturan sendiri, tetapi dilanggar sendiri. Sehingga masyarakat  jika mengetahui ketuanya dalam arti kepala RT, Dusun, Desa dan pemerintah lainnya, mereka selalu mengatakan kalimat tersebut dengan fungsi mengkritik atasan dengan bahasa yang khas dan supaya atasan mengerti bahwa bawahan atau masyarakat sedang memiliki masalah dengan peraturan tersebut.
       Itu satu unen-unen yang berlaku di masrakat Gondang, adapun parikan yang berbunyi “Lombok abang gak pedes, wis Gerang gak nages”. Parikan tersebut berdialeg Surabaya-Mojokerto. Orang-orang dewasa yang mengetahui seseorang yang bermain dengan anak kecil padahal dirinya sudah dewasa contoh anak SMA bermain dengan anak SD, dengan spontan orang-orang akan berpantun “Lombok abang gak pedes, wis gerang gak nages”. Maksud dari pantun atau  parikan tersebut adalah seseorang yang sudah dewasa tapi masiih berkepribadian anak-anak. Jelas-jelas hal ini tidak patut dikalangan orang Jawa meskipun tidak menyalahi aturan.
       Folklor lain yang memiliki unsur kritik sosila juga berbentuk ­unen-unen,  seperti dibawah ini.
Tumbak cucukan, biasanya frase tersebut digunkan masyarakat Gondang, Mojokerto dalam kalimat seperti ini, “Ooo, dadi wong  kok senengane tumbak cucukan.” Kata-kata tumbak cucukan sebenarnya memiliki maksdu dan makna orang yang suka mengadu domba, memecah belah kerukunan. Sehinga masyarakat menyebut mereka dengan tumbak cucukan. Fungsi dari kata tersebut berlaku untuk mengkritik orang tersebut sehingga dia sadar akan kelakuannya yang tidak benar.
       Ungkapan laing yang hamper mirip dengan diatas terdapat pada ungkapan selanjutnya yang termasuk dalam folklor lisan seperti kata “Nabok nyilih tangan”. Orang yang suka menyakiti orang lain tetapi menggunakan orang lain untuk menyakiti orang tersebut. Seperti halnya menyewa orang untuk menganiyaya orang lain. Kata tesebur selalu muncul jika terdapat orang yang melakukan hal tersebut. Fungsi dari ungpakan seperti itu adalah mengkritik serta mencemooh agar si orang yang bersangkutan sadar atas kelakukannya yang tidak tepat, memang hamper sama dengan kata-kata yang diatas.
       Folklor lisan lain yang ditemukan di daerah Gondang Mojokerto terdapat pada ungkapan berikut, Cathek gawel. Ungkapan seperti ini muncul ketika ada seseorang yang kemudian ikut campur dalam omongan orang lain padahal orang tersebut dari awal tidak ikut dalam pembicaraan. Orang Gondang tidak bisa mentolansi hal tersebut, adat mereka tidak menyukai orang yang tiba-tiba ikut dalam pembicaraan. Maka mereka sering menyebut dalam kalimat “dadi bocah aja seneng nyathrk gawel”. Fungsi dari folklore lisan ini untuk piweling atau menasehati orang-orang bahkan yang terutama anak-anak supaya jangan ikut campur urusan orang lain, mengurus diri sendiri saja belum tentu bisa teratasi.
       Ada juga kritik yang digunakan untuk menasehati para wanita, folklore tersebut berbunyi “wong wedok kudu isok telung M”. Telung M yang dimaksug dalam folklore lisan tersebut ialah masak, macak, manak, yang memiliki makna seorang wanita harus bisa menguasai ketiga hal penting yang tidak lain ialah belajar memasak untuk keseharian keluarga, merias wajah untuk suami yang telah memberikan nafkah keluarga, dan melahirkan. Sebagai wanita yang normal ialah melahirkan ketika sudah waktunya. Fungsi dari folklore ini ialah sebagai nasehat orang tua kepada setiap wanita yang ada didaerah tersebut, bahwasannya wanita memiliki kewajiban itu.

C.      Makna dan Fungsi Folklor Jawa yang Berhubungan dengan Pendidikan
       Untuk folklo yang berhubungan dengan pendidikan ialaha pendidikan sopan santu, yang biasanya orang tua mengatakan kepada anaknya ang tengah duduk diantara pintu yang terbuka, seperti berikut “Aja mangan lungguh tengah lawang”.  Pintu adalah jalan utama untuk memasuki rumah, jadi itu merupakan perlambang penghambat untuk masuknya rejeki ke dalam keluarga. Fungsi dari kalimat tersebut untuk menasehati kepada anak dan memberikan pendidikan perilaku yang baik. Sopan santun merupakan hal yang paling utama di kalangan Gondang.
       Folklor lain yang ditemukan di daerah Gondang, Mojokerto ialah ”Aja mangan brutu marai pikun”. Folklor ini selalu muncul ketika terdapat anak kecil yang hendak memakan brutu bagian belakang lauk ayam. Orang tua selalu mengatakan hal tersebut sehingga sang anak tidak akan memakan lauk tersebut. Makna yang terdapat pada folklore ini sebenarnya bertujuan semoga anak itu ingat bahwa daging yang kenyal itu diberikan kepada orang tua bukan anak. Dalam kata lain semoga anak selalu ingat kepada orang tua. Fungsi yang tersirat dalam kalimat ini sebenarnya tidak jauh dari folklore yang diatas. Bertujuan memberikan nasehat kepada anak, memberikan pendidikan unggah-ungguh, kesopan santunan anak terhadap orang yang lebih dewasa.
       Ada juga folklore yang berkembang sampai sekarang seperti “Yen teka kuburan adus dhisik”. Memiliki makna bahwa pemakaman adalah tempat yang penuh debu, sehingga anak atau orang yang habis dari makam hendaknya mandi terlebih dahulu. Fungsi yang terkandung memiliki peran pendidikan yang berupa nasehat  menganjurkan menjaga kesehatan.
       Folklor yang lain seperti “Aja seneng tukaran mengko dadi bedhes”. Makna dari kalimat ini ialah menjaga persaudaraan itu penting jangan saling bermusuhan. Orang yang sering bertengkar satu sama lain terlihat persis seperti binatang kera, maka dari itu folklore yang berkembang menjadi seperti itu. Fungsi yang ditemukan dalam folklore ini ialah pendidikan moral, kita harus saling menjaga penghormatan. Saling menghargai terhadap sesama.
       Adapun ketika orang sedang menanak nasi folklore lisan juga sering muncul “yen adang aja ditinggal”. Yang berarti kalau sedang menanak nasi jangan pernah ditinggal. Tetapi saat ini folklor jarang digunakan karena kebanyakan keluarga menanak nasi dengan menggunakan rice cooker. Walaupun demikian folklore lisan ini memiliki makna mengajari tentang kesabaran untu menuju keberhasilan. Fungsi yang terdapat pada kalimat ini juga sebagai ajaran yang mengasah ketekunan dan keuletan.

D.      Makna dan Fungsi Folklor Jawa yang Berhubungan dengan Lingkungan
       Adapun juga folklore yang memiliki hubungan dengan lingkungan. Folklore ini digunakan orang-orang terdahulu unutk menjaga lingkungan sekitar agar tetap terjaga keasrianya. Sehingga tetap teduh dan rindang. Folklore pertama yang ditemukan di Gondang ialah “Aja nebang wit pring kuning pinggir kali mengko bisa kowe cilaka”. Folklore ini berkembang untuk menakuti orang-orang agar tidak menebang pohon. Makna lain yang tersirat dalam folklot ini ialah menjaga lingkungan sekitar dan fungsinya ialah agar tidak ada orang-orang yang merusak lingkungan, sehingga tetap tumbuh sedap dipandang.
       Ditemukan juga folklore yang masih berkembang sampai sekarang “Aja nyebak iwak buri kuburan mengko ditekani sing duwe”. Lingkungan sekitar juga termasuk perkembangan hewan air, termasuk ikan dibelakang pemakaman. Maksud dari diparani sing duwe ialah setan penghuni kuburan. Folklore ini memiliki makna agar menjaga komunitas ikan-ikan agar tidak hilang. Fungsi ini memberikan nasehat agar orang menjaga keasrian lingkungan.
       Dirumah juga terdapat folklore yang masih berkembang sampai sekarang yaitu “Yen nyapu omah sing resik mengko bojone brewok”. Folklore ini selalu ada ketika seorang gadis kecil yang menyapu rumah. Seketika juga ibu mengatakan folklore tersebut. Sebenarnya folklore ini memiliki makna agar si gadis menjaga kebersihan rumah, karena kebanyakan dari gadis-gadis takut dengan orang yang memiliki jenggot dan kumis yang tebal. Fungsi dari folklore ini ialah sebagai nasehat untuk menjaga kebersihan lingkungan rumah.

E.       Kesimpulan
       Folklor-folklor di daerah Gondang masih bisa ditemukan, bahkan masih banyak yang belum terungkap. Setiap folklor-folklor yang ada dan berkembang dimasyarakat memiliki makna dan fungsi tersendiri. Terdapat makna dan fungsi dalam folklor untuk mengkritik orang lain ketika mereka melakukan kesalan, ada juga yang berfungsi untuk menjaga lingkungan agar terlihat tetap asri menjaga dari tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab. Bahkan ditemukan juga folklor-folklor lisan yang berfung mendidik orang agar menjadi orang yang lebih baik, diawali dari pendidikan moral, etika, dan juga pengetahuan. Demikian folklore-folklor yang telah ditemukan di daerah Gondang Mojokerto.



Working !!

Posted by ilmu dasar kehidupan On 02:59 | No comments
Siapa yang belum mengenal anime yang berjudul working !!. Anime yang satu ini terbilang anime yang keren, dengan genre yang romantis ditambal dengan komedi dapat membuat kocak perut para vroh-vroh, hahaha.. meskipun dalam "working!!" tak ada satupun tokoh antagonis namun cerita masih terlihat segfar dan tetap menarik. Uniknya dari anime ini ialah semua karakter memiliki karakter yang aneh tersendiri, dimulai dari tokoh laki-laki yang menyukai semua hal kecil termasuk serangga, hingga tokoh cewek yang terkena penyakit pobhia pada lelaki. 
   Sinopsis dari cerita ini ialah cerita yang terjadi pada suatu restoran keluarga yang kekurangan pegawai, sehingga salah satu pegawai restoran mencari karyawan baru untuk mengisi kekosongan. Dari itulah cerita berawal. Untuk mengetahui kelanjutannya langsung aja download Vrohh! 



Download dibawah!! Working !! Sesion 1

Episode 1 sesion 1

Episode 2 sesion 1

Episode 3 sesion 1

Episode 4 sesion 1

Episode 5 sesion 1

Episode 6 sesion 1

Episode 7 sesion 1

Episode 8 sesion 1

Episode 9 sesion 1

Episode 10 sesion 1

Episode 11 sesion 1

Episode 12 sesion 1

Episode 13 sesion 1 (END)





Total Pageviews

anti block

G.ads