Bima Jadi Raja
Pada suatu hari Kresna yang merupakan raja dari
negara Dwarawati datang ke kerajaan Ngamarta. Dia diundang oleh Yudhistira atau
Puntadewa. Keduanya merasa sangat rindu karena sudah hampir sewindu lamanya
tidak bertemu. Disana keduanya saling bertanya kabar dan saling menanyakan
tentang keadaan kerajaan mereka masing-masing. Puntadewa menceritakan bahwa
selama dia mempimpin di Kerajaan Ngamarta dia tak mengalami kesulitan apapun.
Keadaannya lancar-lancar saja dan tak menemui halangan apapun, dan dia juga
berharap agar Kresna juga bisa sepertinya yaitu lancar dalam mengatur
kerajaannya.
Selain
Kresna, di tempat yang sama itu pula turut hadir Arjuna, Werkudara, Nakula dan
juga Sadewa. Namun kemudian Kresna menyadari bahwa waktu itu Puntadewa sedang
tidak enak hati. Wajahnya terlihat suram dan sedang susah hati. Setelah Kresna
bertanya, ternyata dia sedang memikirkan sesuatu. Dia berkata bahwa dia
mendapakan wangsit dari para dewa bahwa di kerajaannya yaitu Ngamarta akan
diturunkan “kepethetan srikitri ratuning donya kumalane rejeki”. Itu berarti di
Kerajaan Ngamarta akan datang kemulyaan yang sangat berlimpah yang akan membuat
kerajaan tersebut makmur, murah sandang pangan, gemah ripah loh jinawi. Tetapi
semua itu tidak datang begitu saja, ada syarat tertentu yang harus dilakukan
untuk memperolehnya.
Syarat
agar anugrah itu datang yaitu Werkudara atau Bratasena harus menjadi ratu
(raja) untuk sementara waktu di Kerajaan Ngamarta tersebut. Sudah berulang kali
Puntadewa menyuruh Bratasena untuk menjalaninya, tetapi dia selalu saja
menolak. Akhirnya Puntadewa pun memasrahkan semua itu kepada Kresna, agar dia
mau membujuk Bratasena untuk menjadi raja. Namun tetap saja tidak berhasil.
Bratasena berkata bahwa andaikan saja dia mau menjadi raja pastilah dari dulu
setelah dia menebang hutan untuk dijadikan Kerajaan Ngamarta, tapi nyatanya dia
tidak mau dan malah menyuruh Puntadewa yang menjadi rajanya.
Disitu
Puntadewa juga menjelaskan bahwa jika Bratasena tidak mau menjadi raja maka
kerajaan tersebut akan menderita. Tak berapa lama kemudian datanglah Patih
Haryo Tambak Ganggeng dan Patih Haryo Tambak Yuda memberitahukan kepada
Puntadewa bahwa wahyu “kepethetan srikitri ratuning donya kumalane rejeki”
sudah datang ke Kerajaan Ngamarta. Mendengar hal itu kemudian Puntadewa segera memaksa
Bratasena untuk segera menjadi raja di kerajaan tersebut agar wahyu itu tidak
hilang. Tapi Bratasa tetap saja menolak. Akhirnya karena Puntadewa merasa putus
asa, dia kemudian berkata bahwa dia lebih baik mati mengikuti ayahnya Pandu
daripada dia menjalani hidup seperti ini. Mendengar hal tersebut, Bratasena
kemudian luluh hatinya. Dia lalu menyanggupi permintaan Puntadewa agar dia mau
menjadi raja untuk sementara waktu di Kerajaan Ngamarta. Tak lama kemudian Puntadewa pergi untuk berdoa kepada
Yang Maha Kuasa agar wahyu yang
diturunkan di kerajaan Ngamarta dapat langgeng. Sena meminta kepada Kresna agar
berkenan untuk mengajarinya supaya bisa menjadi ratu (raja) dan bagaimana
caranya agar bisa sabar. Setelah mendapat ilmu bagaimana menjadi seorang raja,
Sena kemudian membuat peraturan, yaitu agar warganya tidak boleh menikah lebih
dari 3.
Pada
suatu hari ada utusan atau duta dari negara gaib yaitu negara Tawang madya
tawang yang bernama patih Bramastha. Dia diutus oleh Prabu Dewa Kusuma. Patih Bramastha bertanya apakah benar ini kerajaan
Ngamartalaya dan ratunya Puntadewa. Sena memberitahukan bahwa mulai sekarang ratu negara Ngamarta
sudah ganti. Patih Bramastha memberikan surat kepada Sena dari Dewa kusuma.
Werkudara memang tidak bisa menulis, dia tidak mengerti soal menulis sama
sekali, akan tetapi sangat pandai membaca karena mengambil sawab dari gelang
Candra kirana. Prabu Dewa Kusuma meminta kepethetan yang akan dijadika tumbal di
negara Tawang madya tawang. Sena menyangka patih tersebut adalah pengrusak/
pengacau negara Ngamarta. Janaka kemudian dengan sigap segera mengambil sebuah
benda dan melemparkannya ke patih Bramastha, lalu diseret oleh Gathotkaca.
Kemudian Kresna
bertanya mengapa Patih Bramastha dibawa keluar. Lalu Bratasena berkata bahwa
Patih Bramastha disuruh oleh rajanya untuk memboyong “kepethetan srikitri
ratuning donya kumalane rejeki”. Tapi malah Bratasena dimrahi oleh Kresna Karen
adia telah membuat citra negara ngamarta yang terkenal dengan tata karma dan
kesusilaannya. Tapi dia tidak mau disalahkan Karena sudah sejak awal dia
menolak untuk menjadi ratu karena sifatnya yang kasar. Kemudian Kresna berpesan
pada Janaka supaya menjaga Gathotkaca, sedangkan kepada Bratasena, Nakula serta
Sadewa dia berpamitan untuk kembali ke kedhatonnya.
Gathotkaca
dan Patih Bramastha kemudian bertarung. Patih Bramastha marah dan mengatakan
bahwa peraturan yang ada di negara Ngamarta itu buruk. Dia hanya datang karena
iutus oleh rajanya tapi ia malah mendapatkan perlawanan seperti itu. Kemudian
Gathotkaca menjelaskan bahwa kedatangannya itu hanya membawa perkara saja.
Kemudian Gathotkaca menyuruhnya untuk kembali pulang, tetapi karena Patih
Bramastha tetap menolak , akhirnya mereka bertarung dengan sengitnya. Demikian
pula dengan kedua punakawan mereka yaitu Pakmujeni dan Pakmundu.
Kemudian
Gathotkaca menggunakan ajian apitui berat badanya seperti baja kemudian dalam
pertarungan itu Patih Bramastha kalah dan mati karena kesaktian Gathotkaca.
Kemudian datanglah Begawan Jinalmasakti, tapi kemudian Patih Bramastha yang
semula mati bisa dihidupkan kembali dan sembuh. Kemudian Patih Bramastha cerita
kepada Begawan bahwa dia telah berperang dengan Gathotkaca. Kemudian disana
datanglah Begawan Jinalmasakti, Celengsrengge (berwujud celeng) dan Kalandanu (berwujud
sapi)berdiskusi bagaimana cara agar “kepethetan srikitri ratuning donya
kumalane rejeki” bisa diboyong ke negara tawang madya tawang.
Lalu begawan mengatakan akan
menemui Gathotkaca, kemudian setelah bertemu Begawan tadi dia lalu memberikan
tebakan dengan taruhan kalau gathotkaca tidak bisa menjawab maka akan dipotong
lehernya. Tapi ternyata sang Begawan tidak bisa menjawab pertanyaan Gathotkaca.
Kemudian dia hanya diam saja, tetapi dalam dirinya dia menggunakan ajian petak gelap pangampar sewu kanggo
nglawan Gathotkaca. Kemudian dia datang kepada Kresna. Ternyata disana dia
dilarang Kresna untuk melanjutkan peperangan dengna Begawan Jinalmasakti karena
bukan tandingannya. Begawan Jinalmasakti memiliki ajian petak gelap pangampar
sewu dan hanya bisa dilawan dengan seseorang yang meliki ajian itu juga yaitu
Bratasena ayahnya, Kendalisada dan juga Anoman. Tapi karena seorang ratu
dilarang berperang, kemudian Kresna meminta Anoman untuk membantu Gathotkaca
agar mau melawan Begawan Jinalmasakti dan mengembalikan Begawan itu ke
negaranya karena dia yang memiliki tolak dari ajian itu.
Kemudian Anoman bertemu dengan
Begawan Jinalmasakti dan kemudian bertarung dengan sengitnya. Selain itu,
disana Anoman juga bertarung dengan celengsrengge dan juga kalandanu yang
merupakan murid dari Begawan Jinalmaskti. Disana kemudian Anoman bisa
memenangkan pertarungan itu. Kemudian
Anoman menceritakan kepada Kresna bawa dia telah berhasil mengalahkan Begawan
Jinalmasakti dan mengusirnya pulang. Tapi pulangnya dia bukan karena pulang
kalah, tetapi pulang untuk menyusun kekuatan untuk melawan para pandhawa.
Disisi lain Abimanyu bertemu dengan
Semar dan juga Bagong. Disana dia menyampaikan bahwa dia disuruh oleh ayahnya,
Arjuna untuk menjaga dan melindungi
kerajaan ngamarta. Disana dia menceritakan bahwa sekarang ngamarta mendapatkan
anugrah, tetapi syaratnya Bratasena harus menjadi ratu untuk sementara waktu.
Oleh karena itu, dia meminta bantuan kepada Semar dan juga Bagong agar ikut serta
menjaga keamanan negara Ngamarta.
Kemudian raja dari negara Tawang
madya tawang, yaitu Prabu Dewa Kusuma datang dan bertemu dengan Abimanyu.
Disana Abimanyu bertanya apa maksud dari kedatangan Prabu Dewa Kusuma tersebut.
Lalu dia menjawab bahwa dia kesana karena ingin memboyong “kepethetan srikitri
ratuning donya kumalane rejeki” milik pandhawa. Karena Abimanyu diberi tugas
untuk menjaga keamanan negara, dia kemudian menyuruh Prabu Dewa Kusuma agar
pergi. Tapi karena Dewa Kusuma menolaknya akhirnya muncullah pertikaian
diantara mereka. Begitu pula dengan para punakawan mereka.
Setelah itu, muncullah Begawan
Jinalmasakti menemui Prabu Dewa Kusuma. Disana dia memberikan nasehat kepada
Dewa Kusuma agar Abimanyu, Bagong dan Semar dilawan dengan aji-aji petak. Satu
persatu dari mereka kemudian bisa dikalahkan oleh Prabu Dewa Kusuma. Kemudian
Begawan Jinalmasakti kembali menemui Prabu Dewa Kusuma. Disana dia mengatakan
bahwa yang sangat sulit untuk dikalahkan adalah Anoman, karena dia juga
mempunyai tolak dari ajian tersebut.
Lalu Begawan Jinalmasakti
memberitahukan bahwa untuk memboyong “kepethetan srikitri ratuning donya
kumalane rejeki” harus memusnahkan dulu para pandhawa. Kemudian Dewa Kusuma
mempunyai ide akan pergi ke angkasa dan meminta bantuan dari Dasakumara yang
ada di dalam gunung. Dia kemudian menceritakan bahwa dia ingin sekali memboyong
“kepethetan srikitri ratuning donya kumalane rejeki” milik pandhawa tetapi
banyak sekali halangan yang dia hadapi.
Prabu Dewa Kusuma meminta
Dasakumara untuk membantunya mengalahkan Pandhawa. Kalau dia berhasil maka akan
diberi hadiah yaitu bisa menikahi istri Arjuna yang merupakan panengahnya
Pandhawa yaitu Dewi Rara Ireng/ Bratajaya yang merupakan titisan dari Shinta. Menurut
Begawan Jinalmasakti Dewa Kusuma memang banyak akalnya. Dasakumara bertemu
dengan Anoman dalam sebuah peperangan. Namung keduanya tidak ada yang menang.
Dasakumara masih belum bisa terima
jika belum mengalahkan Anoman seperti pada jaman Antarayana dulu. Dasakumara
akan dimasukkan ke dalam gunung Siyem lagi. Anoman tidak akan melepaskan
Dasakumara sebelum diperintah oleh titisan Bethara Rama Dwarawati Narendra
yaitu Bathara Kresna. Dasakumara sesumbar
tidak ada yang bisa menghalangi dirinya untuk menghancurkan negara
Ngamarta. Dia mencari Pandhawa untuk menyerahkan Kepethetan Srikitri Ratuning
Donya Kumalaning Rejeki, jika tidak maka Pandhawa akan mengalami celaka.
Ratu dari negara Tawang Madya
Tawang yaitu sang Prabu Dewa Kusuma meminta Arjuna untuk memberikan jalan
kepadanya untuk membawa Kepethetan Srikitri Ratuning Donya Kumalaning Rejeki.
Nanging Arjuna tetap tidak mau. Lalu keduanya perang. Arjuna terkena ajian
pethak. Werkudara yang sedang melaksanakan semedi di kedaton jangan sampai
diganggu supaya selesai dalam melaksanakan semedinya. Jadi jangan memintanya
untuk menjadi ratu sementara di negara Ngamarta. Begawan Jinalma sakti
melepaskan senjata Cakra kepada Kresna. Dalam peperangan senjata Cakra dapat
ditolak. Kresna akhirnya meminta tempo 10 hari atau paling lama satu bulan.
Jika tidak ada keputusan maka Dasakumara dapat memboyong Kepethetan Srikitri
Ratuning Donya Kumalaning Rejeki.
Di pertapaan Glagah binangun atau
Glagah Binatal ada begawan Bela Praja yang suka bertapa dan perkataannya manjur.
Suka menolong tanpa mengharapkan imbalan. Raden Angka Wiijaya pergi ke
pertapaan tersebut untuk berguru kepada begawan Bela Praja. Begawan Bela Praja
memberikan Gelap Pengampar Sewu. Ternyata pendeta begawan Yasa itu adalah
jelmaan dari begawan Abiyasa.
Kresna bertemu dengan kakeknya
yaitu Abiyasa. Disitu ada Kresna, Werkudara dan Janaka. Abiyasa mengatakan
kalau Dewa Kusuma dan pendeta Yasa hanya bisa dikalahkan oleh Semar. Semar
bertemu dengan Dewa Kusuma. Dia mengatakan kalau buta matanya tapi tidak buta
batinnya. Semar tahu kalau mereka adalah
bethara Guru dan bethara Naradha dan meminta penjelasan kenapa harus menyamar.
Bethara Guru mengatakan kalau niatnya adalah untuk menguji Pandhawa kuata apa
tidak. Jika Pandhawa kuat maka akan mendapat kebahagiaan selamanya dan unggul
dala perang Baratayudha Jayabinangun dan Kurawa akan mengalami kekalahan.
Bethara Guru juga mengatakan kalau Patih Bramastha merupakan jelmaan dari
nethara Brama. Sedangkan 2 buta tersebut adalah bethara Sambu dan bethara Temburu.
Dasakumara sudah dikubur ke dalam gunung Siyem. Ini semua adalah ujian untuk
Pendhawa yang akan mendapat anugrah Kepethetan Srikitri Ratuning Donya
Kumalaning Rejeki. Werkudara sudah menjadi ratu sementara di negara Ngamarta
dan sekarang kekuasaanya dikembalikan kepada Puntadewa lagi.
0 comments:
Post a Comment